setiap orang sudah memiliki sifat aslinya, saya percaya itu. artinya setiap bayi yang lahir ke ke dunia sudah memiliki sifat dasar yang mengalir dalam tubuhnya. karenanya setiap bayi unik dan berbeda. ada bayi yang cengeng sering sekali menangis meski tidak sakit, bayi juga perasa. ada bayi yang gampang sekali marah dan karenanya lagi-lagi menangis, padahal ibunya hanya telat sepersekian detik saja memberikan asi-nya. ada pula bayi yang sangat baik dan pendiam, gampang tidur, jarang rewel, diam setelah diberi mainan kesukaannya. saya percaya itu, bahwa setiap orang terlahir dengan sifat dasar masing-masing. sifat aslinya.
beberapa tahun kemudian, si bayi yang bukan bayi lagi menjadi balita. sebutlah 2 tahun sekarang umurnya. dan lagi-lagi di umur yang sama, anak-anak berumur 2 tahun tadi menunjukan kecenderungan yang berbeda. anak yang cengeng tadi tetap cengeng dengan seringnya mengeluarkan air mata. anak yang cenderung pemarah tadi tambah sedikit pemarah dengan melempar-lempar mainannya ketika dia kesal dan marah. sementara bayi yang baik tadi menjadi anak yang tetap baik dan penurut meski tetap suka nangis dan kadang marah, namanya juga anak-anak.
satu tahun kemudian, anak-anak tadi berumur 3 tahun. semakin besar saja. umurnya, badannya. di umur 3 tahun ini, anak yang cengeng sudah mulai berkurang nangisnya untuk hal yang "kurang" perlu, dengan bantuan bujukan ibunya kalau nangis tidak boleh jajan katanya. meski tetap si anak menangis juga kalau mainannya diambil adiknya. anak yang pemarah tetap pemarah kalau kemauannya tidak dituruti, menjerit-jerit kalau kesal tidak dimengerti meski sekarang takut juga kalau dicubit bapaknya. sementara anak yang baik tetap baik, sambil tetap kesal kalau barang kesayangannya direbut temannya.
dua tahun kemudian, 5 tahun sudah umur bayi-bayi tadi. sudah bukan orok lagi, sudah bukan balita lagi. apa yang terjadi ? masihkah anak-anak sama seperti dulu lagi ? saya percaya bahwa sifat dasar manusia akan tetap mengalir di tubuh anak-anak ini tapi saya juga percaya anak-anak ini sudah tidak sama lagi. anak yang cengeng sudah mulai jarang menangis di depan orang banyak dan mulai bertahan apabila ada teman yang jahil padanya. anak yang pemarah sekarang menjadi anak yang 'disegani' di sekolahnya karena badannya yang lebih besar dari teman sebayanya. anak yang baik sekarang sudah mulai malas kalau disuruh tidur siang oleh ibunya.
apa yang terjadi? anak-anak tadi sedikit berubah dalam perkembangannya, banyak pula yang mungkin berubah dari sifat aslinya. semua berkembang begitu juga dengan anak-anak tadi, anak-anak kita. mungkin kita seperti biasa mendengar kalimat-kalimat 'iklan' keluar dari mulut anak-anak kita. mungkin juga kita tertawa dan merasa lucu kala anak-anak kita menyanyikan lirik lagu melayu yang sedang ngetop dengan fasihnya. mungkin pula kita merasa bingung, kok anak saya lancar berbahasa jawa padahal bapak ibunya orang sunda. atau malah kita merasa aneh ketika anak kita menjerit-jerit ketika tidak dibelikan mainan di sebuah toko besar ternama, padahal sebelumnya anak kita baik-baik saja. mungkin juga kita malah bangga melihat anak kita lebih pandai berkata-kata seperti orang dewasa.
itu terjadi pada anak-anak kita. pernahkan kita bertanya, sejauh mana anak-anak kita berubah? masihkah anak-anak kita adalah anak-anak yang kita kenal sebelumnya? seberapa artifisial kah anak-anak kita? artifisial. palsu.
tidak bisa dihindari, banyak yang membuat hal itu terjadi. bersyukurlah kita apabila perubahan-perubahan yang ada semakin baik jadinya. kalau tidak? semakin banyak interaksi anak dengan dunia luar, semakin banyak pula pengaruh asing bagi dirinya. dunia luar, selain orang tuanya, kakak adiknya, keluarganya. tidak perlu heran melihat anak kita hafal semua slogan iklan, kalau ternyata anak kita senang duduk berlama-lama di depan tv padahal baru saja 2.5 tahun umurnya. tidak perlu kaget apabila anak kita bisa fasih bernyanyi melayu kalau ternyata asisten kita dirumah senang menyalakan tv atau lagu melayu. mungkin pula anak kita bisa berbahasa jawa, karena setiap hari, pagi, siang dan sore nempel terus dengan mbak-nya. dan anak kita yang tiba-tiba menjerit-jerit di depan kasir sebuah toko mencontoh temannya di sekolah yang melakukan hal yang sama. dan manakala anak kita yang berumur 4 tahun sudah berbohong mengatakan dirinya dijahili temannya tadi disekolah hanya untuk mendapat perhatian kita. atau bahkan sampai dibuat bengong kita, saat anak kita yang berumur 5 tahun saja berbicara sleng ala amerika.
pengaruh luar. tidak bisa dihindari. tv, komputer, asisten kita di rumah jika ada, sekolah, teman mainnya di sekolah, teman-temannya di sekitar komplek rumah, tukang sayur yang lewat setiap pagi, pembantu tetangga sebelah, binatang piaraannya, film kartun kesukaannya, tokoh favorit di buku yang ia baca, nenek dan kakeknya, sinetron yang ia lihat bersama mbak-nya.
entahlah. seperti artifisial bagi saya. saya hanya ingin meminimalkan pengaruh luar bagi anak-anak saya. meminimalkan, karena saya tahu tidak mungkin menutup semua pengaruh yang ada. meminimalkan waktu anak-anak dengan tv dan acara-acaranya, karena saya tahu bukan saya yang punya stasiun tv dan bisa mengatur semua film-nya. meminimalkan sebisa mungkin pengaruh dari asisten di rumah dengan berusaha selalu bersama anak-anak saya. memasukan anak saya ke sekolah pada umur yang sudah tepat bagi saya. entahlah, saya hanya merasa pendidikan paling besar ada di rumah dan anak pergi ke sekolah dengan alasan bersosialisasi juga seperti hanya sebuah pembenaran belaka, karena pada akhirnya anak berumur 2.5 tahun belum bisa banyak bersosialisasi dengan teman sebayanya. dan saya juga tidak merasa perlu menggunakan alasan pergi sekolah hanya untuk memberikan kegiatan bagi sang anak.
saya hanya berusaha meminimalkan.
meminimalkan semua hal yang bersifat artifisial. bukan menghentikan. saya hanya ingin menghentikan untuk sementara. karena dengan bertambahnya umur anak-anak kita semakin banyak pula pengaruh yang datang padanya. tidak bisa tidak, dan tidak bisa dihindari. karena pada dasarnya, kita sekarang sebagai manusia sudah bersifat sangat artifsial bagi saya. dengan berusaha baik di depan orang yang sebenarnya tidak kita suka. berbohong kepada bos kala kita malas ke kantor dengan alasan sakit. berkata tidak punya uang kala ada teman yang akan meminjam uang pada kita. berusaha tersenyum padahal sedang sedih dan sakit hatinya. dan semua hal lain yang amat teramat banyak untuk disebutkan, dan semua itu artifisial belaka.
biarlah anak-anak tetap menjadi anak-anak yang seharusnya. tanpa embel-embel lainnya. tidak harus artifisial sebelum waktunya. itu bagi saya. entah dengan anda.
seberapa artifisial kah anak-anak kita?
Sunday, August 9, 2009
Posted by yusi manfluthy at 11:10 AM
Labels: just another thought, parenting
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment