Setelah melewati masa-masa sulit dalam arti malas. Atau bahkan belum sama sekali terlewati karena saya ternyata masih sangat malas. Begini saja, dari dulu saya bisa dikatakan bukan pemalas. Jarang sekali saya malas, dalam keadaan tertekan saja saya jarang malas, mungkin kalau saya sakit saya jadi terpaksa malas.
Tapi terus terang saja saya sekarang amat teramat malas.
Memasuki tahun ke-empat ini sepertinya sudah saatnya tidak lagi memikirkan mimpi-mimpi. Sudah lupa saya akan mimpi-mimpi, menyesal juga dulu tidak mencatat si mimpi-mimpi. Hingga saya lupa dengan si mimpi. Dan sepertinya cukup masuk di akal, kalau saya menyalahkan si mimpi yang membuat saya menjadi malas. Mimpi yang tertutup rutinitas, si mimpi dan si rutin ternyata tidak bisa bersahabat dekat. Dan ternyata hal rutin yang membuat saya malas.
Cukup sudah mengenai malas, saya akan mulai menulis satu pilihan. Kalau Dia mengijinkan. Bekerja sebagai tukang jualan. Menawarkan barang. Sales. Saya akan bekerja sebagai tukang jualan barang, alias sales. Apa yang saya jual sebenarnya bukan rahasia. Sesuatu yang saya yakin saya tahu dan saya bisa. Saya akan menjadi penjual rumah. Broker atau Realtor. Tidak keren? Biar saja.
Biar nanti saya bisa mengatur waktu saya sendiri, bisa mengatur pendapatan saya sendiri. Kalau saya tidak berhasil menjual apapun berarti saya tidak punya penghasilan, haha. Terdengar memilukan.
Itu baru satu pilihan. Tapi tidak pernah pernah terbersit untuk tidak mencoba. Menjual sesuatu yang saya tahu dengan memanfaatkan apa yang saya punya. Teknologi, kemampuan dan basa-basi.
Itu baru satu pilihan. Kita lihat saja. Kalau Dia mengijinkan.
0 comments:
Post a Comment