hmm..
topik yang agak berat..
tak apalah!
banyak diantara teman-teman saya membicarakan hal ini dengan saya.
banyak bukan satu saja. membicarakan anak-anaknya yang belum berbicara, menanyakan anaknya yang belum berkata-kata, mengeluhkan kerisauannya.
mungkin lebih dari 5 orang teman membicarakan hal ini dengan saya.
membuat saya juga bertanya-tanya, mengapa.
saya sama sekali bukan ahli, sama sekali belum pernah mengalami. mungkin nanti saya akan mempelajari.
teman yang pertama, anaknya sekarang sudah 8tahun. laki-laki. meski sekarang jarang bertemu dengan anaknya, dulu ketika dia berumur 1 tahun saya kerap bermain dengan dia. teringat dulu dia sering berdiri di depan tv, dekat-dekat, tanpa takut matanya rusak, kekhawatiran orang tuanya pada saat itu hanya sebatas mata rusak tadi. ingat pula kalau dia mainannya banyak, satu keranjang plastik besar dan penuuuuh. tapi setiap saya pergi kerumahnya sepertinya dia jarang bermain bersama mainannya. bosan mungkin. dia lebih suka berdiri dekat di depan tv.
beberapa tahun kemudian, teman saya mulai cemas. anaknya 3 tahun masih belum berkata-kata. tidak bisa konsentrasi. hiperaktif katanya. terapi sana, terapi sini. sempat menelan obat pula. ada yang bilang anaknya autis ringan. yang lain bilang dia hanya hiperaktif. kembali lagi ke terapi.
teman yang kedua, anaknya sudah lebih dari 2 tahun umurnya. belum bisa berkata-kata pula. apa yang salah? apa karena salah bahasa? inggris dan indonesia? apa dia bingung bahasa? itu istilah mereka. syukurlah sebelum 3 tahun anaknya mulai lancar bicara.
teman yang ketiga, anaknya belum 2 tahun. belum mengeluarkan kata yang bisa dimengerti. masih dengan beribu aaa..uuu. tapi teman saya yang ini cukup tenang, masih ada waktu. menjelang 3 tahun anaknya bicara tak henti-henti.
teman yang keempat, anaknya 1.5tahun belum mengeluarkan bunyi, menjelang 2 tahun belum juga ber-aa ii. sampai ia akhirnya memutuskan terapi, dari pada telat nanti. setiap terapi anaknya nangis minta berhenti, bagaimana tidak, sayapun pasti minta berhenti. di dalam ruangan sempit disuruh konsentrasi. anak yang normal saja lebih senang bermain diluar, berlari tanpa tuntutan konsentrasi. penasaran saya bertanya apa yang dilakukan di terapi ruang sempit tadi? ternyata anak hanya disuruh menyusun puzzle!! betapa naifnya konsentrasi diukur dari sebuah puzzle yang mungkin terus diulang tanpa tidak pernah diganti. ironisnya lagi tempat terapi ini notabene tempat terapi terkenal dimana yang datangpun harus antri, demi sebuah terapi.
teman yang kelima, saya tidak tahu. benar saya tidak tahu bagaimana keadaan anaknya. 2 tahun masih dengan kasus yang sama belum berkata-kata. entah salah siapa. entah harus bagaimana? haruskah anak ikut terapi?
teman yang keenam, anaknya baru lancar bicara pada saat berumur hampir 6 tahun. ibunya pada awalnya panik bukan kepalang. membayangkan setiap tahun anaknya belum bisa lancar bicara. pada akhirnya dia berpendapat anaknya tidak butuh terapi, hanya telat bicara, natural late talker istilahnya. teman saya yang ini dengan sabar terus mengajari. dan si anak bicara lancar di umur 6 tahun tadi. katanya tidak ada yang salah, dia hanya terlambat saja. tapi terlintas dalam pikiran saya, bagaimana kalau yang terjadi anak itu terus menerus terlambat? berbicara 6 tahun, mulai mengenal huruf 8 tahun dan dia bisa membaca pada umur 10 tahun, saat ini dia sedang belajar berhitung diusia hampir 12 tahun. kalau begini kejadiannya, apa dia benar-benar hanya terlambat? atau memang ada yang sesuatu yang salah? sekali lagi saya benar-benar tidak tahu.
terapi. terapi. terapi. orang tua mungkin harus bisa menerapi? atau memang harus ke ahli terapi? sebenarnya apa yang terjadi pada anak-anak tadi ? apa karena memang setiap anak waktunya berbeda? apa memang ada indikasi khusus bagi anak yang benar "berbeda"? sayangnya saya bukan ahlinya. mungkin suatu saat saya harus mencari tahu kenapa.
*alhamdulillah, atas karunia-Mu, atas kedua anak yang Kau titipkan sempurna kepadaku, tidak ada kebahagiaan yang lebih dari itu*
0 comments:
Post a Comment