Terinspirasi dari seorang teman yang istrinya baru saja melahirkan, saya jadi teringat anak-anak saya ketika baru lahir. Dulu saya tidak pernah membayangkan kalau ternyata bayi baru lahir itu ternyata sangat kecil, mungil dan sangat rapuh. Itu istilah saya. Pada saat hendak melahirkan anak saya yang kedua, saya jauh lebih mempersiapkan diri untuk bertemu dengannya disaat dia sangat rapuh.
Tanpa kita sadar, kita tidak pernah memposisikan diri sebagai bayi yang baru saja lahir. Padahal hal itu bisa membantu kita secara psikologis memahami "perasaan" bayi baru tadi. Bagaimana tidak, dia pasti sangat takut dan asing. Seperti, baru merasakan terang setelah 9 bulan berada dalam gelap. Baru membiasakan diri bernafas dan merasakan udara. Baru merasa lapar dan harus berusaha "memberi" dirinya makan, padahal selama ini proses makan-makan secara otomatis berlangsung melalui plasenta ibunya. Baru merasakan dingin karena selama ini dia selalu hangat di dalam sana. Baru mendengar banyak hal diluar organ tubuh ibunya. Baru bertemu dengan orang-orang asing dan berusaha mengingat-ngingat mana ibunya. Organ-organ tubuhnya juga baru saja beradaptasi dengan rutinitasnya, tidur, mengantuk, lapar, haus, buang air, bernafas, menangis, sakit, gatal, panas, dingin dan hal-hal lain yang hanya dirasakan oleh bayi baru.
Dan karena hal itu bayi baru menjadi sulit ditebak. Bulan-bulan pertama dalam kehidupannya sering kali tidak semudah yang kita kira. Waktu tidur yang tidak menentu, bayi yang selalu lapar ingin disusui, bayi yang sangat sensitif pada hal-hal tertentu, belum lagi penyakit yang ternyata sangat menyukai bayi baru. Bayi juga perlu beradaptasi, itu saja. Dan kita juga perlu beradaptasi, tentu saja.
Menangis, hanya itu yang bisa bayi baru lakukan. Lapar menangis. Haus menangis. Mengantuk menangis. Dingin menangis. Panas menangis. Basah menangis. Gatal menangis. Perutnya kembung menangis. Ingin dipangku menangis. Takut menangis. Kaget menangis. Sakit menangis. Dan kita hanya bisa berusaha menebak apa maunya. Dan membuatnya lebih nyaman supaya tidak menangis. Satu yang perlu kita ingat, tidak ada salahnya bayi menangis. Tidak perlu takut bayi kita menangis. Karena itulah satu-satunya cara yang mereka bisa untuk berkomunikasi, berusaha menyampaikan apa yang mereka mau, berusaha dimengerti, dengan menangis. Catatan untuk orang tua, memang harus lebih sabar, berusaha memahami, membangun kedekatan emosi sehingga lambat laun kita mengerti. Sulit tapi bisa. Dan catatan untuk para nenek, tidak ada salahnya cucunya menangis karena mereka hanya berkomunikasi dengan menangis.
Tapi bagaimana kalau bayi baru menangis tidak henti-henti ? terus menerus ? dan menyayat hati ? Hal itu yang perlu dicermati. Ada sesuatu yang membuat bayi baru menangis seperti itu. Biasanya ada hal membuatnya amat teramat tidak nyaman. Kepanasan, kedinginan, kesakitan, memang pada saat ini kita hanya bisa menebak lagi. Dan sebelum hal itu terjadi, hal yang perlu kita lakukan adalah bagaimana berusaha membuatnya selalu merasa nyaman.
Kita akan terbiasa dengan sendirinya. Jam terbang katanya istilahnya. Ketika menghadapi anak saya pertama awalnya saya masih banyak meraba-raba. Tapi alhamdulillah menghadapi anak yang kedua, saya merasa lebih siap. Berbekal dengan pengalaman dari anak pertama dan buku yang tidak habis-habis saya baca, saya jadi lebih mengerti bayi baru saya.
Setiap orang tua bisa menghadapinya. Setiap ibu akan terbiasa dengannya. Hanya perlu cinta untuk melakukannya. Cinta untuk bayi baru anda dan semua akan berjalan dengan sendirinya.
So, happy honeymoon with your newborn baby!
0 comments:
Post a Comment