Perempuan memang memiliki siklus yang aneh dalam hidupnya, semuanya memiliki siklus tersendiri. Di luar siklus mensturasi yang datang setiap bulannya (meski kadang tidak pasti juga kapan datangnya), perempuan ternyata memiliki banyak siklus dalam hidupnya.
Seperti siklus belanja yang tidak ada habisnya, berulang-ulang, datang silih berganti. Dan itu memang terjadi. Dimulai dari pakaian, sepatu, aksesoris, perlengkapan rumah, jam tangan, tas dan kembali berulang ke pakaian, sepatu, aksesoris, perlengkapan rumah, jam tangan, tas, dan kembali lagi, kembali lagi, sepanjang tahun, bertahun-tahun, berulang-ulang, berisiklus-siklus.
Seperti belanja sepatu yang untuk berapa kalinya siklus itu terjadi pada saya. Pada saat saya mulai bekerja, pada saat pergi ke negara yang terkenal dengan sepatu-sepatu lucunya, pada saat flat shoes menjadi trend, pada saat sepatu-sepatu bermerk sedang discount, pada saat saya banyak membeli baju dengan warna-warna yang berbeda sehingga saya butuh sepatu baru berwarna sama agar terlihat senada. Banyak saat dimana saya dilanda siklus belanja sepatu. Dan sebanyak itu pulalah uang yang saya punya bertukar dengan barang bernama sepatu.
Dapat dibayangkan berapa banyak sepatu yang saya punya sekarang, berpuluh-puluh ? berlemari-lemari ? Teryata tidak. Alhamdulillah. Saya masih diberi kesadaran untuk memberikan sepatu-sepatu yang sudah tidak saya pakai lagi, sudah tidak ‘musim’ lagi atau sepatu yang ternyata rasanya tidak secantik rupanya. Betapa menyesalnya saya, karena hal terakhir itu dan betapa bodohnya saya membeli sepatu cantik tapi ternyata sakit. Entah berapa banyak sepatu yang saya berikan karena itu, tapi 1 sepatu baru saja mengalami nasib yang sama baru kemarin saja. Sepatu hitam bertali-tali kecil cantik dengan hak 5cm wedges, yang membuat kaki saya terlihat cantik sekaligus sakit. Saya berikan sepatu itu pada pekerja di rumah saya, padahal sepatu itu baru 2 kali saja saya pakai.
Dan entah sudah berapa kali suami saya mengingatkan hal yang sama, untuk tidak membeli sepatu-sepatu yang tidak begitu mahal, cantik, tapi sakit. Tapi perempuan memang sulit diyakinkan, apalagi bila sepatu itu sedang ‘in’, murah dan di discount pula. Hhmm…Entah berapa sepatu yang saya beli ternyata sakit, padahal sepatu nyaman sangat dibutuhkan untuk dipakai seharian, dan dengan membeli 3 sepatu tadi saya sudah dapat membeli 1 sepatu lumayan cantik dan tidak sakit!
Tapi perempuan juga kadang mudah tergoda, pada saat melihat jajaran sepatu cantik dengan pita, payet, renda, atau dengan motif bunga, bertali-tali, polkadot, berhak tinggi, maka perempuan tergoda untuk membelinya barang 1 saja.
Sekarang saya sudah berusaha berpikir lebih ‘sehat’, untuk tidak lagi tergoda untuk membeli sepatu-sepatu sakit tadi, untuk mengosongkan lemari sepatu saya dari sepatu yang tidak lagi saya pakai karena sakit dan untuk membeli hanya sepatu yang tidak akan membuat kaki saya lecet, tersiksa, dan sakit.
Saya baru 1 dari banyak perempuan yang membeli sepatu-sepatu cantik tapi sakit, baru 1 contoh perempuan yang rela lecet dan sakit demi sebuah sepatu cantik. Semoga saya tidak tergoda lagi. Semoga.
*thanks for my hubby, hush puppies, kickers, rockport, clarks, andrew, adidas, all star, shooz, yang membuat kaki saya tidak sakit lagi*
sepatu cantik tapi sakit
Monday, September 3, 2007
Posted by yusi manfluthy at 12:03 AM
Labels: its my space
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment