“Jaga diri baik-baik ya, nak ?”
Nasihat seperti ini kerap keluar dari mulut seorang ibu pada anak perempuannya. Dan tanpa penjelasan lebih lanjut, seorang perempuan sehat, dewasa ataupun tidak, ataupun mendekati dewasa mestinya tahu arti nasihat itu.
Keperawanan, dapat menjadi sesuatu yang sifatnya suci, pribadi.
Suci menurut kamus besar Bahasa Indonesia, berarti bersih; sesuatu yang harus dijaga. Dan memang keperawanan adalah sesuatu yang perlu dijaga, untuk sebagian orang tentunya.
Adat ketimuran, atau apalah namanya menjadi alasan yang cukup kuat untuk menjaga keperawanan itu (sekali lagi untuk sebagian orang), adat ketimuran atau karena kita orang timur menjadi sesuatu yang sering kita dengar, meski saya yakin banyak orang timur sendiri yang merasa asing dengan artinya. Dan diluar semua aturan agama yang saya yakin amat teramat benar, bahwa keperawanan itu harus dijaga dan bahwa berhubungan seks diluar nikah itu zinah dan bahwa zinah itu adalah dosa. Sangat ironis dengan ‘norma-norma’ yang seolah berlaku di masyarakat kita yang menyebut diri mereka kaum urban, yang kadang menyebut bahwa mayoritas adalah benar dan apa yang menjadi kebanyakan adalah syah, sehingga berhubungan seks diluar nikah dianggap syah-syah saja.Disebut ironis karena kita yang notabene orang timur dan hidup di negara yang dimana aturan agama masih didengar dan dipertahankan. Ironis karena sangat tidak sedikit perempuan Indonesia yang ternyata sudah tidak perawan.
Keperawanan, perlukah dipertahankan ?
Lalu, apa yang menyebabkan keperawanan menjadi begitu mudah dilepaskan ?
Cinta mungkin …
Hubungan antara seorang perempuan dengan lawan jenisnya, kadang sudah tidak ada batasnya. Atas nama cinta, seolah semua hal diperbolehkan. Atas nama cinta itu pula seorang perempuan dari kalangan apapun, dengan tingkat pendidikan apapun, dengan status ekonomi dari kelas manapun dengan sadar rela melepaskan sebuah keperawanan. Tapi atas nama cinta yang seperti apa, pada saat cinta itu menuntut seorang perempuan mengorbankan miliknya yang paling berharga ? Sebegitu besarnyakah cinta dari seorang perempuan atau sebegitu bodohnya seorang perempuan karena cinta itu sendiri ?
Disisi lain tidak sedikit perempuan yang melepas keperawanannya demi untuk bertahan hidup. Sebagian karena terpaksa dalam tanda kutip kecelakaan dalam tanda kutip korban pemerkosan. Sebagai contoh, hampir 75% perempuan Indonesia yang bekerja di luar negeri sebagai TKW non professional telah dipaksa untuk tidak perawan dan berhubungan intim dengan para majikannya. Tapi tidak sedikit pula perempuan yang dengan sadar rela melapaskan keperawanan kembali dengan alasan untuk bertahan hidup. Sebegitu rendahkah nilai keperawanan sehingga harus dikorbankan ?
Di luar sadar atau tidah sadar, dari level kehidupan atas ataupun bawah, berpendidikan ataupun tidak, dari agama apapun seorang perempuan, keperawan adalah sesuatu yang sebenarnya tidak untuk dipertanyakan, karena sebenarnya keperawanan adalah mutlak, hitam atau putih, bukan abu-abu.
keperawanan, perlukah dipertahankan?
Friday, June 23, 2006
Posted by yusi manfluthy at 12:26 AM
Labels: its my space
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment