cukup sudah pembelaan saya terhadap orang tua (ibu-ibu) yang selalu ada di rumah bersama anak-anaknya, mengerjakan semua seperti semestinya. ibu yang selalu ada. benarkah?
bagaimana kalau ibu-ibu tadi tidak punya pilihan lain selain pergi keluar rumah untuk mencari nafkah? atau bagaimana kalau ibu-ibu tadi mempunyai pekerjaan yang teramat mulia yang bisa dijadikan ladang ibadah? dengan kata lain "ibu harus keluar rumah, nak"
saya pernah bekerja. dengan seribu satu alasan yang membuat saya tetap bekerja. sampai saya ada di suatu titik yang mengatakan saya harus berhenti bekerja. maka saya berhenti bekerja. berulang-ulang. sesuai kebutuhan. senangnya. betapa bersyukurnya saya.
kembali ke saya yang selalu berada di rumah. dan mungkin bersama ibu-ibu lain yang juga selalu berada di rumah dalam artian tidak bekerja kantoran. dari beberapa waktu yang seolah-olah on dan off selama saya berada di rumah, kembali saya bertanya, apakah saya benar-benar ada? ada yang sebenarnya. bukan ada yang mengada-ada.
seorang teman bertanya, saya selalu ada di rumah untuk anak-anak saya, untuk suami saya, untuk keluarga saya, apakah itu tidak cukup? ada yang menjawab cukup. tapi saya menjawab tidak. untuk teman saya dan untuk saya. pertanyaan teman tadi seolah-olah membuat saya bertanya pada diri saya sendiri, apa dengan saya selalu berada di rumah untuk anak-anak, untuk keluarga, lalu saya merasa cukup? dengan sedih saya kembali menjawab itu tidak cukup.
saya merasa bukan itu yang dibutuhkan keluarga. bukan itu pula yang dibutuhkan anak-anak saya. bukan saya yang hanya selalu ada. ada yang saya maksud hanya berupa kuantitas. berapa lama kita tinggal di rumah? berapa lama tidak meninggalkan rumah. hanya sebatas hitungan angka, hitungan hari, hitungan jam. bukan ada secara kualitas. ada yang sebenarnya. bukan yang mengada-ngada.
begini saja, kembali saya bicara pada diri saya sendiri. dengan 24 jam saya berada di rumah secara kuantitas dan hitung-hitungan tentu saja lebih banyak dari pada seorang ibu yang pergi pagi pulang sore untuk bekerja di luar rumah. secara kuantitas. tapi kalau secara kualitas? apakah keberadaan seorang ibu 24jam lebih berkualitas daripada seorang ibu yang bekerja diluar rumah dan kembali di sore harinya? itu yang tidak bisa diukur, tidak pasti, hanya kita yang tahu karena kualitas bukan semata hitung-hitungan waktu, jam dan menit.
hanya saja, saya merasa sangat disayangkan apabila kita yang 24 jam berada di rumah untuk alasan keluarga ternyata tidak menjamin kualitas yang kita berikan untuk keluarga. tanpa bermaksud untuk menyinggung perasaan siapapun, dimanapun, apa artinya kalau sepanjang hari anak lebih banyak bersama asisten kita. apa artinya kalau kita lebih suka berlama-lama di telpon sibuk dengan teman-teman kita. apa artinya pula kalau anak dibiarkan terus menonton tv kartun yang notabene katanya bagus untuk umur mereka. apa artinya juga kalau kita lebih menikmati saat mereka pergi ke sekolah meninggalkan kita di rumah seharian lamanya. dan apa artinya kalau kita tidak pernah memberikan banyak waktu khusus untuk bersama mereka, entah apapun itu bentuknya. saya hanya merasa itu tidak artinya.
ada tapi tak berarti banyak. semoga itu tidak terjadi pada saya dan anda.
ada tapi tak berarti banyak
Tuesday, October 27, 2009
Posted by yusi manfluthy at 11:51 AM 0 comments
Labels: parenting
ada pada saat dibutuhkan, sudahkah kita?
Wednesday, October 21, 2009
hmmm..menghela nafas panjang..
pertanyaan sulit. sudahkah kita? sudahkah saya?
terbayang dalam pikiran, lalu terlintas bahwa inshaAllah saya akan ada pada saat anak saya disunat, anak saya pertama masuk sekolah, anak saya dibagi rapor semesteran, anak saya pertama kali manggung di pentas sekolah, anak saya mendapat piala saat juara kelas, anak saya lulus SMA, anak saya lulus masuk perguruan tinggi, anak saya di wisuda, anak saya dilamar pacarnya, anak saya menikah, anak saya 7 bulanan, anak saya melahirkan..stop! stop! stop!
saya sudah mengkhayal terlalu jauh. amat jauh. dasar ibu-ibu.
kembali saya bertanya sudahkah saya ada untuk anak-anak? pada saat mereka membutuhkan. yang saya maksud sekarang. bukan nanti yang akan datang.
kadang semua luput dari perkiraan, kapan anak-anak membutuhkan? kapan kita dibutuhkan?
mencoba saya mengingat kuat-kuat kapan saya membutuhkan ibu saya? ayah saya? orang tua saya? dan saya kembali tersadar bahwa setiap anak butuh orang tuanya dari mulai lahir sampai dia berubah tua dan beruban. lalu kembali saya merunut ingatan kapan saya paling membutuhkan orang tua saya? ayah dan ibu saya, dan jawabannya ternyata hanya satu, waktu kecil. saat saya tidak kuasa bertindak, tidak kuasa berbuat.
ya! saya amat teramat membutuhkan ibu dan ayah saya sewaktu kecil. sewaktu saya belum sekuat sekarang, belum setua sekarang. waktu kecil saya tidak bisa melawan rasa sedih, tidak bisa memilih, tidak bisa tegar, tidak bisa menahan sakit, tidak bisa mengobati, tidak bisa memutuskan, tidak bisa bertindak, tidak bisa mencari makan kala lapar, tidak bisa memasak air untuk minum, tidak bisa ke dokter kala sakit, tidak bisa pergi sendirian, tidak bisa tidur dalam gelap, tidak bisa menyebrang jalan, tidak bisa. tidak bisa. tidak bisa. tidak bisa. banyak tidak bisa. dari hal kecil hingga besar. sewaktu kecil manusia rapuh dan terbatas.
kembali saya berpikir. anak-anak saya sekarang masih kecil. manusia kecil. yang rapuh dan terbatas. saya kembali tersadar inilah saat-saat mereka amat teramat membutuhkan saya. membutuhkan orang tuanya. dan saya bertanya, sudahkah saya ada untuk mereka?
lekat dalam pikiran saya, sebelum saya beranak pinak. sebelum saya punya anak. seorang psikolog terkenal berkata di sebuah talk show di saluran tv ternama , "orang tua zaman sekarang begitu mengherankan. mereka seperti berada dalam waktu yang salah bagi anak-anak mereka. sewaktu anak-anak mereka kecil mereka melihatnya baik-baik saja, anak dipelihara dan dididik oleh pengasuh mereka, toh hanya mengganti popok dan bermain saja. tapi sewaktu mereka lebih besar hendak lulus sekolah dasar mereka berusaha mendidik anak-anak mereka dan itu adalah kesalahan. kedekatan anak dan orang tua tidak akan terjadi dalam semalam. didikan orang tua terhadap anak tidak akan terbentuk dengan gampang. justru semua harus dilakukan sewaktu anak mereka kecil bukan saat mereka hendak menjadi besar. sewaktu kecil anak dibebaskan dengan didikan siapa saja tapi ketika hendak besar mereka dijaga ketat dengan aturan-aturan. seharusnya kan dibalik. anak yang sewaktu kecil dipenuhi kedekatan dan didikan ketika menjadi besar justu kita bisa membebaskan".
dan kata-kata itu selalu lekat dalam ingatan.
saya memutuskan, lupakan semua kejadian-kejadian penting yang selalu kita anggap untuk kita selalu ada. kejadian-kejadian yang saya sebut diatas yang sebenarnya rekaan pikiran kita semata. anak-anak tidak perlu kita saat dia manggung di sekolah, tidak perlu kita saat bagi rapor semesteran, tidak perlu kita saat sunatan, tidak perlu kita saat wisuda, tidak perlu kita saat menikah, tidak perlu kita saat melahirkan dan punya anak. semua cuma hal-hal mewah yang terlihat penting untuk kita sebagai orang tua untuk tetap ada. karena untuk hal-hal itu orang tua sudah sepantasnya ada. tidak perlu dipertanyakan kenapa.
tapi pernahkan kita bertanya kapankah sebenarnya kita dibutuhkan. ternyata pada saat-saat kecil yang kadang terlewatkan. pada saat anak kecil kita jatuh sakit, apakah kita selalu ada? karena obat yang paling mujarab untuk anak sakit adalah ibu yang berada di sampingnya. pada saat anak kita malas sekolah, tahu kah kita apa sebabnya? atau kita masih saja memaksanya pergi sekolah dan menganggapnya bosan belaka. pada saat anak kita bermusuhan dengan temannya, masihkah kita menganggap semua akan membaik dengan sendirinya? namanya juga anak-anak. atau pada saat anak kita menangis di kamarnya, tahukah kita sebabnya?atau kita menggangap dia akan baik-baik saja. sadarkah kita kalau ternyata anak kita tidak mau melewati jalan yang sama setiap paginya gara-gara dia takut anjing galak milik rumah pojok sana? banyak hal-hal kecil, yang kadang luput dan akan selalu luput.
orang tua saya tidak selalu ada saat saya membutuhkan. dan saya juga tahu, mustahil bagi saya untuk selalu ada pada saat anak-anak membutuhkan. tapi mulai saat ini saya sadar bahwa saya tidak hanya dibutuhkan untuk hal-hal besar dalam hidup anak-anak. tapi untuk banyak hal kecil yang kadang terlewatkan.
sudahkan kita ada saat mereka membutuhkan? semoga saja
Posted by yusi manfluthy at 2:23 PM 0 comments
Labels: parenting
story idea for UCLA
Wednesday, September 23, 2009
About a mother, who live in developing country, strugling and fighting to raise her autism daugther although she face a lot of problem and challenge.
Posted by yusi manfluthy at 10:43 AM 0 comments
Labels: fiksi, screenwriting
mengeluh dan mengeluh..hiduplah Indonesia Raya!
Wednesday, September 16, 2009
ternyata inspirasi menulis bisa datang dari mana saja.
saya sedang tidak tinggal di Indonesia tercinta, bukan tidak ingin. saya sangat ingin pulang, hanya saat ini sedang tidak punya pilihan untuk pulang. bagaimana tidak, saya lahir disana. dibesarkan disana. rumah saya disana. orang tua saya disana. keluarga saya disana. teman-teman saya disana. saya tidak punya alasan untuk tidak ingin pulang.
lalu saya bertanya, apakah saya tetap ingin pulang meskipun di sana macetnya bukan kepalang? apakah saya tetap ingin pulang meskipun politisinya dibilang bobrok dan penuh koruptor? apakah saya tetap ingin pulang meski negaranya penuh ketidakteraturan dan semua peraturan hampir selalu dilanggar? apakah saya tetap ingin pulang meski pendidikan bagus mahal harganya? apakah saya tetap ingin pulang meski katanya tinggal di luar negeri lebih enak adanya? jawabannya cuma satu, YA! dijawab dengan lantang dan menggunakan huruf kapital.
tidak peduli lensa kontak yang berwarna biru, rambut yang berubah menjadi emas dan ungu, kulit yang lebih putih dengan status bertahun-tahun meninggalkan negerimu. dan betapa lancarnya berbahasa selain bahasa ibu. apapun perubahan pada fisikmu, tidak bisa dipungkiri Indonesia asalku, tidak perlu mengaku-ngaku.
tidak perlu banyak mengeluh ini itu, tidak perlu berkata tidak betah tinggal di negerimu, tidak perlu menyatakan ingin cepat kembali ke tempat merantaumu. Itulah Indonesia. Kalau ingin berubah tidak perlu banyak bicara. sudah melakukan sesuatu untuk negerimu? itu saja.
Posted by yusi manfluthy at 7:04 AM 0 comments
Labels: just another thought
antara lebaran, mudik dan pekerja yang disebut pembantu
Tuesday, September 15, 2009
biar saja saya dibilang sinis lah.. dibilang sirik lah.. dibilang apapun..saya sama sekali tidak bermaksud menyinggung siapapun. menjelang musim lebaran seperti ini menjadi musimnya mudik. semua orang semua golongan. dari pekerja kantoran sampai pekerja rumahan. pekerja rumahan yang sering membuat ibu-ibu kalang kabut. pekerja rumahan yang saya maksud pekerja rumah tangga. ada yang dengan cueknya menyebut pembantu dan yang lebih parah lagi ada yang menyebut babu. betapa miris saya mendengar sebutan itu. saya harap yang menyebut seperti itu sudah berpikir keras bahwa mereka yang disebut babu itu adalah manusia yang derajatnya sama.
tulisan ini dibuat setelah terinspirasi dengan betapa kelimpungannya status ibu-ibu di sebuah situs pertemanan dikarenakan pekerja rumah tangganya akan mudik. ada yang sedih karena yang bekerja tidak akan balik lagi setelah lebaran, ada yang mengimingi-imingi bonus tambahan kalau saja tidak ikutan mudik, ada yang berjanji akan menaikan bayaran kalau dia kembali lagi, ada yang berkeluh kesah karena pekerjanya mudik.
saya tahu bagaimana mempunyai pekerja. saya pernah ada disana. saya mengerti juga bagaimana ibu-ibu bekerja seperti kelimpungan saat pekerjanya minta berhenti pulang. untungnya saya selalu 'beruntung' dengan urusan pekerja tadi. mereka selalu kembali sesuai dengan waktu yang dijanjikan tanpa perlu dijanjikan apapun. entah karena bayaran yang cukup manusiawi atau karena saya yang juga masak, ke pasar dan mencuci meskipun bepekerja. tapi kalau untuk ibu yang bekerja di rumah saja haruskah ikut kelimpungan pula? entahlah, tanpa ada maksud menyinggung siapapun. sekali lagi percayalah itu hanya terlintas di kepala saya saja.
duh, apa jadinya saya yang sepanjang tahun tidak berpekerja. tidak ada yang membantu. mengandalkan kemampuan diri dengan bantuan suami dan anak-anak. haruskah saya ikut mengeluh juga? haruskan saya berpredikat sebagai babu juga? sebut saya sinis kepada mereka yang berpembantu, saya tidak bermaksud seperti itu.
Posted by yusi manfluthy at 7:04 PM 0 comments
Labels: just another thought
gigi..gigi..gigi
Sunday, August 23, 2009
hari ini dihitung gigi lea ada berapa.
2 taring, 4 geraham atas dan bawah, 8 gigi seri
total 14 gigi sudah.
alhamdulillah sudah rajin dan nagih gosok gigi tiap pagi dan malam..
sok, gosok, gosok..gigi..gigi..gigi..
Posted by yusi manfluthy at 7:37 PM 0 comments
Labels: lea's milestones
es sirup berwarna merah
Monday, August 17, 2009
sampai kelas 3 sd saya tidak diberi uang jajan. bukan karena orang tua saya pelit, tapi karena takut jajan sembarangan. orang tua saya, terutama ibu saya yang orang kesehatan takut anak-anaknya jajan di jalan, jajan sembarangan.
kelas 4 sd saya mulai diberi uang jajan. 50 rupiah. senangnya bukan kepalang.
horreee..akhirnya saya bisa jajan. dan benar tebakan ibu saya, saya jajan sembarangan.
yang paling ditakutkan ibu saya, apabila saya jajan es sirup. 25 rupiah harganya. murah. tapi tidak untuk saya pada saat itu. es sirup limun berwarna-warni yang dijajakan dalam botol-botol banyak diatas gerobak. diberi es yang banyak. dan penjualnya sering menanyakan apa mau diberi soda atau tidak. dan saya dengan senangnya menganggukan kepala kuat-kuat dan tersenyum girang saat serbuk soda tadi dimasukan kedalam campuran es yang saya beli.
tiap pulang sekolah ibu saya dengan rajin selalu bertanya, jajan apa hari ini? es ya? dan kali setiap ditanya jajan es atau tidak, saya selalu bilang tidak padahal setiap jajan es baju seragam putih yang saya pakai selalu berbercak merah warna sirup kesukaan saya.
Posted by yusi manfluthy at 7:47 PM 0 comments
Labels: cerita masa kecil
64 tahun Indonesiaku...
Merdeka!
17 Agustus Tahun 45
itulah hari kemerdekaan kita..
tepat 64 tahun yang lalu, Indonesia merdeka
hari ini. tepat hari ini.
sementara 17 Agustus 2009, disini saya terdampar tidak merasakan hiruk pikuk hari kemerdekaan.
kemarin dulu di Indonesia, kadang detik-detik merdeka berlalu begitu saja. meski saya selalu ingat setiap jam 10 pagi 17 Agustus itulah saat kita merdeka. kemarin dulu selalu terlintas di kepala, mengapa kadang hari merdeka lewat begitu saja? mengapa tidak diingat dan dirayakan berlebih layaknya bangsa yang bahagia karena merdeka. kemarin dulu saya selalu merasa, hari merdeka itu terlalu sepi bagi saya. banyak alasan mengapa hari merdeka sepi, berlalu begitu saja. bendara-bendera berkibar seperlunya, upacara diikuti orang-orang dengan terpaksa, lomba-lomba dan keriaan yang seadaanya. pernah terlintas di kepala, kenapa tidak ada dana khusus dari pemerintah yang didistribusikan sampai tingkat RW untuk mengadakan sesuatu yang mengingatkan kita pada hari merdeka, kemerdekaan. sehingga tidak perlu ada lagi alasan kurang dana demi hari kemerdekaan.
klise memang. kemerdekaan bukan semata-mata keriaan. bukan semata-mata lomba 17-an. bukan semata-mata dangdutan. tapi apa yang bisa kita harapkan demi mengingat kemerdekaan. begitu naifnya kita mengharapkan nasionalisme dan rasa kebangsaan begitu saja tumbuh di dalam hati dan otak setiap manusia Indonesia. biar saja acara-acara klise yang menjadi simbol kemerdekaan lambat laun merubah rasa senang sesaat menjadi senang rasanya untuk hidup merdeka. merdeka mengadakan lomba 17-an, merdeka makan kerupuk secepat-cepatnya, merdeka melompat-lompat dengan karung sampai ke ujung sana, merdeka memanjat pinang penuh dengan hadiah diatasnya. merdeka untuk menonton layar tancap semalam suntuk. merdeka untuk dangdutan. merdeka menyaksikan pertunjukan wayang di lapang. merdeka untuk bersenang-senang. merdeka untuk tertawa riang. merdeka. sebuah rasa yang amat mahal tapi kadang terlupakan.
saya disini. 17 Agustus 2009. merdeka. tanpa merasakan hiruk pikuk hari merdeka. tanpa mendengar dangdutan. tanpa upacara bendera yang dipaksakan. saya jadi ingin pulang. sambil berjanji akan memasang merah putih di tiang depan rumah tanpa perlu takut diturunkan. semalam suntuk. sepanjang musim. setahun penuh.
Posted by yusi manfluthy at 7:14 PM 0 comments
Labels: its my space
seberapa artifisial kah anak-anak kita?
Sunday, August 9, 2009
setiap orang sudah memiliki sifat aslinya, saya percaya itu. artinya setiap bayi yang lahir ke ke dunia sudah memiliki sifat dasar yang mengalir dalam tubuhnya. karenanya setiap bayi unik dan berbeda. ada bayi yang cengeng sering sekali menangis meski tidak sakit, bayi juga perasa. ada bayi yang gampang sekali marah dan karenanya lagi-lagi menangis, padahal ibunya hanya telat sepersekian detik saja memberikan asi-nya. ada pula bayi yang sangat baik dan pendiam, gampang tidur, jarang rewel, diam setelah diberi mainan kesukaannya. saya percaya itu, bahwa setiap orang terlahir dengan sifat dasar masing-masing. sifat aslinya.
beberapa tahun kemudian, si bayi yang bukan bayi lagi menjadi balita. sebutlah 2 tahun sekarang umurnya. dan lagi-lagi di umur yang sama, anak-anak berumur 2 tahun tadi menunjukan kecenderungan yang berbeda. anak yang cengeng tadi tetap cengeng dengan seringnya mengeluarkan air mata. anak yang cenderung pemarah tadi tambah sedikit pemarah dengan melempar-lempar mainannya ketika dia kesal dan marah. sementara bayi yang baik tadi menjadi anak yang tetap baik dan penurut meski tetap suka nangis dan kadang marah, namanya juga anak-anak.
satu tahun kemudian, anak-anak tadi berumur 3 tahun. semakin besar saja. umurnya, badannya. di umur 3 tahun ini, anak yang cengeng sudah mulai berkurang nangisnya untuk hal yang "kurang" perlu, dengan bantuan bujukan ibunya kalau nangis tidak boleh jajan katanya. meski tetap si anak menangis juga kalau mainannya diambil adiknya. anak yang pemarah tetap pemarah kalau kemauannya tidak dituruti, menjerit-jerit kalau kesal tidak dimengerti meski sekarang takut juga kalau dicubit bapaknya. sementara anak yang baik tetap baik, sambil tetap kesal kalau barang kesayangannya direbut temannya.
dua tahun kemudian, 5 tahun sudah umur bayi-bayi tadi. sudah bukan orok lagi, sudah bukan balita lagi. apa yang terjadi ? masihkah anak-anak sama seperti dulu lagi ? saya percaya bahwa sifat dasar manusia akan tetap mengalir di tubuh anak-anak ini tapi saya juga percaya anak-anak ini sudah tidak sama lagi. anak yang cengeng sudah mulai jarang menangis di depan orang banyak dan mulai bertahan apabila ada teman yang jahil padanya. anak yang pemarah sekarang menjadi anak yang 'disegani' di sekolahnya karena badannya yang lebih besar dari teman sebayanya. anak yang baik sekarang sudah mulai malas kalau disuruh tidur siang oleh ibunya.
apa yang terjadi? anak-anak tadi sedikit berubah dalam perkembangannya, banyak pula yang mungkin berubah dari sifat aslinya. semua berkembang begitu juga dengan anak-anak tadi, anak-anak kita. mungkin kita seperti biasa mendengar kalimat-kalimat 'iklan' keluar dari mulut anak-anak kita. mungkin juga kita tertawa dan merasa lucu kala anak-anak kita menyanyikan lirik lagu melayu yang sedang ngetop dengan fasihnya. mungkin pula kita merasa bingung, kok anak saya lancar berbahasa jawa padahal bapak ibunya orang sunda. atau malah kita merasa aneh ketika anak kita menjerit-jerit ketika tidak dibelikan mainan di sebuah toko besar ternama, padahal sebelumnya anak kita baik-baik saja. mungkin juga kita malah bangga melihat anak kita lebih pandai berkata-kata seperti orang dewasa.
itu terjadi pada anak-anak kita. pernahkan kita bertanya, sejauh mana anak-anak kita berubah? masihkah anak-anak kita adalah anak-anak yang kita kenal sebelumnya? seberapa artifisial kah anak-anak kita? artifisial. palsu.
tidak bisa dihindari, banyak yang membuat hal itu terjadi. bersyukurlah kita apabila perubahan-perubahan yang ada semakin baik jadinya. kalau tidak? semakin banyak interaksi anak dengan dunia luar, semakin banyak pula pengaruh asing bagi dirinya. dunia luar, selain orang tuanya, kakak adiknya, keluarganya. tidak perlu heran melihat anak kita hafal semua slogan iklan, kalau ternyata anak kita senang duduk berlama-lama di depan tv padahal baru saja 2.5 tahun umurnya. tidak perlu kaget apabila anak kita bisa fasih bernyanyi melayu kalau ternyata asisten kita dirumah senang menyalakan tv atau lagu melayu. mungkin pula anak kita bisa berbahasa jawa, karena setiap hari, pagi, siang dan sore nempel terus dengan mbak-nya. dan anak kita yang tiba-tiba menjerit-jerit di depan kasir sebuah toko mencontoh temannya di sekolah yang melakukan hal yang sama. dan manakala anak kita yang berumur 4 tahun sudah berbohong mengatakan dirinya dijahili temannya tadi disekolah hanya untuk mendapat perhatian kita. atau bahkan sampai dibuat bengong kita, saat anak kita yang berumur 5 tahun saja berbicara sleng ala amerika.
pengaruh luar. tidak bisa dihindari. tv, komputer, asisten kita di rumah jika ada, sekolah, teman mainnya di sekolah, teman-temannya di sekitar komplek rumah, tukang sayur yang lewat setiap pagi, pembantu tetangga sebelah, binatang piaraannya, film kartun kesukaannya, tokoh favorit di buku yang ia baca, nenek dan kakeknya, sinetron yang ia lihat bersama mbak-nya.
entahlah. seperti artifisial bagi saya. saya hanya ingin meminimalkan pengaruh luar bagi anak-anak saya. meminimalkan, karena saya tahu tidak mungkin menutup semua pengaruh yang ada. meminimalkan waktu anak-anak dengan tv dan acara-acaranya, karena saya tahu bukan saya yang punya stasiun tv dan bisa mengatur semua film-nya. meminimalkan sebisa mungkin pengaruh dari asisten di rumah dengan berusaha selalu bersama anak-anak saya. memasukan anak saya ke sekolah pada umur yang sudah tepat bagi saya. entahlah, saya hanya merasa pendidikan paling besar ada di rumah dan anak pergi ke sekolah dengan alasan bersosialisasi juga seperti hanya sebuah pembenaran belaka, karena pada akhirnya anak berumur 2.5 tahun belum bisa banyak bersosialisasi dengan teman sebayanya. dan saya juga tidak merasa perlu menggunakan alasan pergi sekolah hanya untuk memberikan kegiatan bagi sang anak.
saya hanya berusaha meminimalkan.
meminimalkan semua hal yang bersifat artifisial. bukan menghentikan. saya hanya ingin menghentikan untuk sementara. karena dengan bertambahnya umur anak-anak kita semakin banyak pula pengaruh yang datang padanya. tidak bisa tidak, dan tidak bisa dihindari. karena pada dasarnya, kita sekarang sebagai manusia sudah bersifat sangat artifsial bagi saya. dengan berusaha baik di depan orang yang sebenarnya tidak kita suka. berbohong kepada bos kala kita malas ke kantor dengan alasan sakit. berkata tidak punya uang kala ada teman yang akan meminjam uang pada kita. berusaha tersenyum padahal sedang sedih dan sakit hatinya. dan semua hal lain yang amat teramat banyak untuk disebutkan, dan semua itu artifisial belaka.
biarlah anak-anak tetap menjadi anak-anak yang seharusnya. tanpa embel-embel lainnya. tidak harus artifisial sebelum waktunya. itu bagi saya. entah dengan anda.
Posted by yusi manfluthy at 11:10 AM 0 comments
Labels: just another thought, parenting
saya harus bekerja!
Monday, July 27, 2009
ya! saya harus bekerja! itu saja.
saya seorang perempuan, cukup berumur kalau tidak mau dibilang tua, 30 tahun. tua bukan? saya beranak dua, dan itu membuat saya semakin terdengar tua.
dulu 7 tahun yang lalu saya bekerja. setelah lulus kuliah, satu bulan berikutnya sebuah perusahaan menerima saya sebagai pegawainya. heran juga bisa diterima. perusahaan service untuk minyak dan gas. sebuah perusahaan besar yang kadang membuat pegawainya berkepala besar juga, dan membayar pegawainya dengan bayaran yang cukup besar pula. membuat para pegawainya bisa bersenang-senang karena bergaji besar, dan sebagian orang enggan meninggalkan si perusahaan besar ini. tapi tidak semua orang. banyak pula yang pergi meskipun mereka bergaji besar, dengan berbagai macam alasan. termasuk saya. pergi. hanya dengan satu alasan.
dulu yang baru lalu, saya kembali bekerja. pekerjaan yang ini seperti membongkar impian lama saya. perusahaan minyak. perusahaan besar juga, tapi disini bayaran saya tidak terlampau besar. tapi bekerja tidak semata-mata karena bayaran besar, kadang juga untuk rasa senang dan tenang. tapi karena si tenang tadi, beberapa orang yang sudah sangat nyaman dan tenang, sangat enggan untuk meninggalkan perusahaan besar ini. tidak termasuk saya. saya pergi juga. hanya dengan satu alasan.
sekarang saya kembali bekerja. tidak di perusahaan. saya bekerja di rumah. untuk keluarga. perusahaan keluarga? haha, tidak juga. saya bekerja sebagai ibu rumah tangga. banyak perempuan-perempuan menjadi ibu rumah tangga. memang itu pekerjaannya.
ada yang salah? tapi tidak semua perempuan senang menjadi ibu rumah tangga, entah apa yang salah. ibu rumah tangga, pekerjaannya memasak, mencuci, menyetrika, membersihkan rumah, menyapu halaman, menyiram tanaman, mengantar anak sekolah, belanja dan yang paling penting mendidik anak, mengurusi anak.
terdengar membosankan? mungkin juga. terlihat sibuk? benar juga.
itu pekerjaan saya sekarang. bekerja untuk keluarga. seperti seharusnya.
yang jadi masalah sebenarnya bukan bekerja di rumah tadi. bukan masalah pekerjaan, bukan masalah perusahaan. bagi sebagian perempuan mungkin semuanya biasa. memasak, mencuci, menyetrika, mengantar anak sekolah, belanja mingguan, mengurus anak. perlu dicatat, dulu selama bekerja saya masih tetap memasak, mencuci, menyetrika, belanja di pasar yang becek, dan mengurus anak. jadi saya tidak ada masalah dengan itu. dan bagi sebagian perempuan dimanapun berada, disini, disana, di belahan dunia yang berbeda, mungkin rasanya akan sama saja. rasanya memasak, rasanya mencuci, rasanya menyetrika, rasanya belanja mingguan dan rasanya mengurusi anak. tapi ternyata tidak bagi saya.
saya harus tetap bekerja! otak saya harus tetap bekerja! saya merasa harus terus belajar sesuatu, membuat sesuatu, menghasilkan sesuatu. ini masalah produktivitas. ini masalah kreatifitas. biarlah ini terdengar seperti omong kosong besar, biar saja. tapi pada kenyataannya, saya hanya tidak mau otak saya yang amat berharga, pemberianNya, tiba-tiba menjadi semakin tumpul dan berkarat seperti pisau di super market tua yang tidak pernah terbeli. dan bagi saya bekerja tidak hanya dengan pergi keluar rumah, di sebuah perusahaan besar, bergaji besar pula.
bagi sebagian perempuan mungkin itu biasa. memasak, mencuci, menyetrika, belanja mingguan dan mengurusi anak. tapi tidak dengan saya. saya harus terus bekerja!
Posted by yusi manfluthy at 7:49 PM 0 comments
Labels: just another thought
lea's today!
Thursday, July 23, 2009
alhamdulillah sudah bisa nunjukin semua bagian tubuh..lengkap..
alhamdulillah sudah bisa nunjuk binatang-binatang di buku cerita yang dia baca..
alhamdulillah..
Posted by yusi manfluthy at 7:40 PM 0 comments
tutup auratmu, itu saja..
Wednesday, July 22, 2009
sekali lagi topik yang agak berat, tak apa lah. sudah lama ini terlintas di benak saya. memang agak berat, tanpa bermaksud menyinggung siapapun, dimanapun. ini hanya sesuatu yang lagi-lagi terlintas di otak saya.
saya sedang hidup di suatu tempat dimana bila musim panas datang, hampir semua orang merasa kegerahan dan berusaha menutup badan mereka sesedikit mungkin, karena gerah tadi. sementara saya lahir di suatu tempat dimana hampir sepanjang tahun panas, dan tidak sedikit orang yang sedikit demi sedikit mengurangi penutup badannya supaya menjadi lebih sedikit.
saya? hampir disetiap musim saya masih berusaha memakai jenis baju yang sama mungkin hanya tingkat ketebalannya saja yang berbeda.
saya? sangat jauh dari sempurna. jauh sekali. tapi entah mengapa betapa saya sedih melihat perempuan berbaju sedikit yang ada di sekitar saya.
saya tidak peduli pada mereka yang memang tidak diharuskan menutup aurat mereka. saya mengapresiasi perbedaan. perbedaan pandangan. perbedaan kewajiban.
tapi tanpa bermaksud menghakimi, saya amat teramat miris melihat perempuan disekitar saya membuka kancing baju lebih banyak, menurunkan kerahnya lebih rendah, mengangkat roknya lebih tinggi dan menarik bajunya lebih atas lagi.
saya kadang tidak habis pikir. maaf sekali lagi saya tidak bermaksud menghakimi. tidak sama sekali. tapi kala kita tahu bahwa sholat itu wajib, puasa itu harus, zakat itu mesti bahkan sudah naik haji dan umroh berkali-kali, mengapa untuk "hal kecil' bernama aurat seperti lupa diri.
tidak akan mencium bau surga seorang perempuan sebelum dia menutup auratnya (HR.Muslim)
*maaf bila ada yang tidak berkenan, karena saya sendiri masih amat jauh dari sempurna, semoga Allah swt selalu memberikan hidayah dan tuntunanNya, aamin*
Posted by yusi manfluthy at 2:27 AM 0 comments
Labels: aku dan Tuhanku
kecengan masa dulu
Tuesday, July 21, 2009
sekarang tentang kecengan. seru. terdiam 2 detik. hahaha.
dulu yang saya maksud mungkin benar-benar dulu,bukan ketika sudah kerja di kantoran dengan baju yang rapi, wangi pula. bukan ketika pergi kuliah dengan baju yang katanya 'in' dan ponsel ditangan. dulu yang saya maksud, sma! ketika masih memakai seragam putih abu-abu, sepatu hitam kaus kaki putih dan memakai topi pada saat upacara, tanpa pengecualian.
sma memang masa hidup yang aneh. lucu. seru. membuat kita sekarang kadang sampai bertanya, ko bisa ya?. untungnya saya bukan anak sma lagi. untungnya saya pernah sma. membicarakan kecengan sma seperti tidak habis-habis. untuk para perempuan khususnya, para lelaki cenderung lebih diam, kurang heboh, atau ada yang langsung bergerak tanpa perlu berlama-lama ngeceng katanya. perempuan mungkin punya lebih benyak cerita kecengan sewaktu sma. membuat saya kembali bertanya, ko bisa ya?
yang membuat saya semakin heran, kecengan sma itu sepertinya tipikal sekali. entah di sma negeri, sma swasta, sma luar negeri, sma ngetop, sma kurang ngetop, sma kota sampai sma di pelosok sana. perempuan sma seperti cenderung untuk punya kecengan yang popular, aktif di organisasi, bintang olah raga, ngetop seantero sekolah dengan catatan banyak saingan alias hampir mungkin semua perempuan di sekolah juga menjadikan dia kecengannya. ko bisa ya? atau mungkin hanya saya?
atau mungkin hanya saya, yang dulu sempat ngeceng kakak kelas, anak basket, terkenal,padahal tidak begitu lucu. maaf tanpa maksud apapun sebenarnya si kakak kelas ini ga cakep-cakep amat. tapi entah mengapa kharisma-nya bisa membuat perempuan sma termasuk saya meleleh-leleh karenanya. haha, ko bisa ya? malah sempat saya dimusuhi kakak kelas bekas pacar si kecengan saya ini, untuk alasan yang tidak jelas. padahal saya tidak jelas-jelas bilang pada semua orang kalo saya ngeceng si kakak kelas pemain basket ini. aneh.
dulu. di sma saya juga sempat ngeceng laki-laki tipikal lainnya. dapat dipastikan dia juga terkenal, pemain basket, yang ini lucu. mungkin terlalu lucu buat saya. lucu alias cakep ya, hohoho. saya dan para perempuan kembali meleleh-leleh setiap dia bermain basket, atau bahkan deg-degan setengah mati padahal hanya lewat di depan kelasnya. parah. ko bisa ya?
hasilnya? saya berhenti ngeceng laki-laki idola sejuta umat ini ketika dia punya pacar yang satu sekolah juga. haha.
dulu. kecengan terakhir saya di sma. lagi-lagi lucu, pemain basket, terkenal. karena kita sama-sama kelas 3, saya tidak punya banyak pilihan lagi saat itu. hahaha. saya tidak punya kakak kelas untuk dijadikan kecengan. kecengan saya yang ini juga banyak digilai anak-anak kelas bawah yang artinya saingan saya tambah banyak. belum lagi perempuan kelas 3 lain yang juga kehabisan stok kecengan ikut-ikutan ngeceng si idola tadi. bertambah banyaklah saingan saya. kacaunya saya tidak belajar dari pengalaman, kalo ngeceng laki-laki idola pasti membuat saya meleleh-leleh dan dapat dipastikan akhirnya saya harus rela ketika laki-laki kecengan tadi gagal dengan sukses menjadi pacar.
dulu. sma. suka aneh. lucu. heran juga. ko bisa ya? hahaha.
kenapa saya atau bahkan sebagian perempuan lain hanya punya kecengan yang hampir sama. terkenal, pemain basket, aktif di organisasi tertentu, kadang benar-benar cakep ga ketulungan atau kadang sebenernya tidak cakep-cakep amat, dan parahnya bukan cuman saya yang tergila-gila karena dia.
gara-gara situs pertemanan, entah itu frenster atau fesbuk yang sekarang lagi booming, saya jadi bisa banyak bertemu lagi dengan teman sma, melihat seperti apa tampangnya sekarang, kerja dimana, beranak berapa. dan lucunya gara-gara situs pertemanan itu juga saya jadi bertanya-tanya, kenapa kecengan sma saya begitu tipikal, begitu pasaran. kenapa saya tidak ngeceng si A yang dulu pinter dan kelihatannya ngeceng saya juga? kenapa saya tidak pernah ngeceng si B yang jago main musik dan kaya pula? kenapa saya tidak ngeceng si C padahal dia juga lucu cuma kurang terkenal? kenapa juga saya tidak pernah ngeceng si D yang sudah lucu, pintar, baik pula? hahaha, ko bisa ya?
sma. sma. masa dulu yang membuat kita kadang tidak habis pikir. tentang banyak hal, bukan tentang kecengan saja. harap dimaklumi.
lucunya bisa juga saya jadian dengan kecengan sma saya, sesudah lulus sma.
hahaha..ko bisa ya?
Posted by yusi manfluthy at 8:09 AM 0 comments
Labels: just another thought
geologist kacangan
Thursday, July 16, 2009
kacangan, bukan penjual kacang. bukan pula sejenis penyakit. kacangan bukan kecengan.
stop! mulai ngaco =)
kacangan mungkin sama artinya dengan amatir atau malah sama dengan bohongan atau pemula mungkin. ya, begitulah kira-kira.
kalau geologist, mungkin semua tahu artinya. mungkin juga tidak. apa ya arti harfiah geologist? geologiawan dalam bahasa Indonesia. agak aneh. yang mengurusi bumi. yang bekerja dengan isi bumi. berhubungan dengan batu. ya, begitulah kira-kira.
saya? dulu geologist. dulu. sekarang? masihkah? saya rasa tidak.
saya dulu sekolah di jurusan geologi. bukan berarti saya geologist juga. toh, kalau saya pada akhirnya bekerja di bank, meskipun saya lulus dari jurusan geologi tetap saja saya bukan geologist. iya kan?
saya dulu bekerja. pernah bekerja sebagai geologist. dulu.
pekerjaan saya yang pertama membuat saya tidak benar-benar jadi geologist. tidak berurusan dengan batu, tidak berurusan dengan sumur. hanya berurusan dengan komputer dan orang-orang yang pakai komputer. mungkin saya memang bukan geologist. meskipun saya sibuk berurusan dengan data-data geologi. mungkin saya memang geologist. tapi karena tidak langsung berurusan dengan batu, dengan sumur, dengan peta, mungkin saya geologist. tapi pemula. kacangan. lucu juga.
pekerjaan yang kedua, dengan hebatnya bisa saya dapat. dan saat itu saya benar-benar diterima sebagai geologist. hebat!. karena tidak pernah terlintas dalam pikiran saya bisa bekerja sebagai sebenar-benarnya geologist. meskipun pemula. kacangan tadi.
hebat! karena tidak pernah terpikirkan bagaimana saya yang tidak pernah melamar tiba-tiba bisa diterima sebagai seorang geologist. takdir. saya percaya itu. kita memang tidak pernah tahu apa rencanaNya. lucu. tapi sekali lagi saya melihat kebesaranNya.
di pekerjaan saya yang ini, saya memulai jalan saya sebagai geologist. yang pemula tadi. yang kacangan tadi. berurusan dengan batu, berurusan dengan sumur, berurusan dengan log, berurusan dengan peta, berurusan dengan minyak, berurusan dengan gas, berurusan dengan seismik. haha, terdengar canggih ya untuk seorang geologist kacangan?
tapi tidak lama juga, tidak lama untuk ukuran menjadi geologist yang profesional bukan kacangan. Dia dengan segala kehendaknya bisa membuat apapun terjadi. saya percaya itu, amat sangat.
kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi. begitu pula dengan rencana-rencanaNya. entah saya yang akan tetap menjadi seorang geologist kacangan, entah saya yang akan menjadi penulis kacangan, entah saya yang akan menjadi penjual kacangan, entah saya yang mungkin menjadi tukang foto kacangan, entah saya yang akan menjadi tukang masak kacangan, atau mungkin saya yang akan menjadi penjual kacang. lucu juga.
Posted by yusi manfluthy at 4:32 PM 0 comments
Labels: just another thought
30 tahun sudah
Friday, July 3, 2009
30 tahun sudah.
tepat pada hari ini.
hanya ingin lebih dekat denganMu.
itu saja.
Posted by yusi manfluthy at 9:19 PM 0 comments
Labels: its my space
ulang tahun dan saya
Wednesday, July 1, 2009
yaiiiks! sebentar lagi saya berulang tahun ternyata.
yaiiiiks! umurnya bertambah jadi lebih tua.
yaiiiiks! apa rasanya ya berkepala 3?
yaiiiiks!
sejak dulu tidak merayakan ulang tahun, tidak merasa karena hari ulang tahun maka jadi lebih istimewa. dulu menunggu ulang tahun paling karena berharap kecengan atau pacar (pada saat punya) memberi selamat dengan istimewa atau mungkin memberi hadiah. selebihnya? ulang tahun lewat begitu saja.
sengaja saya hapus semua identitas ulang tahun di setiap situs pertemanan yang saya ikuti.
haha, kesannya banyak ya? padahal cuma si frenster dan si fesbuk. tapi semua yang 2 tadi saya hapus informasi ulang tahunnya. entah kenapa. seperti ingin membuat hari ulang tahun menjadi hari yang biasa saja. atau mungkin hanya ingin diingat oleh orang-orang terdekat saja. mungkin juga. bisa jadi. setelah terlibat cukup aktif di situs pertemanan bernama fesbuk, sering kali atau bahkan setiap hari saya melihat ucapan selamat ulang tahun berseliweran untuk si anu untuk si itu. dan entah mengapa, mungkin karena banyaknya itu, sampai ada satu orang teman yang pada saat hari ulang tahunnya merasa wall-nya di fesbuk seperti overloaded. penuh. oleh ucapan selamat ulang tadi. dari teman sd. smp. sma. kuliah. kerja. terbayangkan betapa penuhnya? penuh. penuh. dengan ucapan yang hampir sama. saya melihatnya menjadi biasa. basi. biasa. mungkin sama dengan makna ulang tahun bagi saya. biasa. saja.
tapi ucapan ulang tahun sama saja dengan doa. semakin banyak ucapan, semakin banyak doa. benar juga. tapi saya terlanjur menghapus informasi ulang tahun di situs pertemanan tadi. sudahlah. biar saja.
*selamat ulang tahun yusi! 30 tahun sudah! sudah kau isi dengan apa saja??*
Posted by yusi manfluthy at 5:31 PM 0 comments
Labels: just another thought
berdoa sebelum makan
Monday, June 15, 2009
hups...
lama juga ga update, super duper sibuk? haha, alesan seperti biasa..=)
yang terlintas cuman tentang lea, yang paling gampang soalnya, berseliweran terus depan muka.
entah karena selalu liat abi yang berdoa sebelum makan, sesudah makan, sebelum tidur, sebelum masuk rumah, sebelum masuk kamar mandi...lea kecil ikut-ikutan!
alhamdulillah..dia selalu nagih berdoa sebelum makan dan sebelum tidur.
2 tangannya diangkat, sambil nunggu dibacain doa setelah selesai mengamini dengan membasuh kedua tangannya kemuka. bahkan kalo lagi keranjingan berdoa, sebelum makan bisa berkali-kali dia berdoa. lucu. alhamdulillah
Posted by yusi manfluthy at 5:26 PM 0 comments
Labels: lea's milestones
natural late talker
Sunday, May 17, 2009
Posted by yusi manfluthy at 6:18 PM 0 comments
Labels: parenting
kamus lea
Tuesday, March 24, 2009
umur lea berapa ya?
15 bulan kurang 5 hari..
ga kerasa ya?
iya..
Kalau sudah menginjak ukuran belasan bulan memang setiap bulannya terasa cepaaat, menurut saya. Alhamdulillah sudah cukup banyak kata keluar dari mulut Lea yang super duper lucu =)
Mama. Papa. Kaka. Bapa. Nene. Ti (uti). Cat. Ee. Oo. Mamam. Koko (crocodile). Cit. Aoh aba (Allah Akbar)
Umur 13.5 bulan kata pertama keluar dari mulut Lea. Papa.
Hehe, bukan mama.
Its ok hun, as long as you say a word.
Luv ya .. =)
Posted by yusi manfluthy at 3:40 PM 0 comments
Labels: lea's milestones
maaf saya tidak suka coach
Wednesday, February 4, 2009
Haduuuuh, lagi-lagi topik yang kurang penting nih. Tak apalah.
Saya kebetulan sedang tinggal di suatu negara, dimana merk tas diatas banyak digilai wanita-wanita. COACH.
Dan kebetulannya lagi di kota saya tinggal sekarang ada outlet yang menjual tas bermerk diatas dengan harga yang lebih miring. Factory store atau factory outlet. Katanya disana kita bisa dapat tas bermerk tadi dengan harga $80 kalau sedang clearence model-model lama, atau sekitar $170 untuk tas-tas yang lebih baru. Katanya.
Dan sayangnya. Saya tidak suka coach. Meski katanya itu tas merk mahal. Meski katanya kalau di Indonesia harganya bisa mencapai 7 juta untuk model terbarunya.
Sayangnya saya hanya tidak suka.
Entah kenapa. Mungkin karena modelnya. Mungkin karena motifnya.
Mungkin karena bahannya. Mungkin karena kemanapun saya pergi disini, saya pasti melihat coach berseliweran didepan muka saya.
Ibu-ibu, tante-tante, nenek-nenek, muda-muda bahkan sampai anak kecil yang berusaha menduplikasi ibunya.
Entahlah. Seperti bukan saya.
Not one of my kind.
Not one of a kind.
Biarlah saya tidak suka tas bermerk itu.
Biar saja.
*Kalau ada yang mau titip beli, boleh aja*
Posted by yusi manfluthy at 10:08 AM 0 comments
Labels: its my space
Waktu banyak, banyak waktu
Suatu waktu, seorang teman bercerita pada saya.
Kalau saja saya punya banyak waktu, saya akan melakukan apa yang saya mau.
Kalau saja saya tidak harus ke kantor tepat waktu ataupun pulang lebih dari waktu, saya pasti sudah pergi ke tempat lain yang saya mau.
Kalau saja saya tidak harus mengurus ini itu saya pasti sudah melakukan sesuatu.
Kalau. Banyak waktu. Berarti. Sesuatu.
Dan tahu tidak?
Pada saat terjadi apa yang dia mau tadi, banyak waktu.
Dia malah tidak tahu apa yang sebenarnya dia mau.
Manusia kadang selalu banyak mau.
Padahal dia tidak tahu.
Posted by yusi manfluthy at 9:31 AM 0 comments
Labels: just another thought
Mungkin nanti
Tuesday, February 3, 2009
Hmmm..
Entah mau dimulai dari mana, entah kapan juga bisa terlaksana
Diantara wish list yang sudah sedemikian panjang dan terus bertambah, ada saja hal-hal yang sepertinya ingin dilakukan, diselesaikan. Mungkin nanti. =)
Kepingin yang banyak. Pingin belajar moto. Pingin belajar banyak home food photography. Pingin mulai menulis traveling jurnal. Pingin ikut even foto sekaligus masak. Pingin segera mengambil kelas script writing. Pingin menjelajah national park. Pingin banyak baca. Pingin buat sushi sendiri. Pingin mulai memakai koleksi vintage saya. Pingin punya blog yang bagus. Pingin nonton banyak film bagus. Pingin belajar banyak tentang film juga. Pingin banyak menulis. Pingin. Pingin. Pingin. Banyak. Banyak. Banyak.
Sengaja saya tidak menulisnya dengan point atau angka yang berjejer kebawah, supaya kesannya tidak menambah panjang daftar yang sudah ada.
Mungkin nanti, saat Lea tidak mengambil setiap buku yang saya baca.
Mungkin nanti, saat laptop saya bisa dibuka dengan normal tanpa harus ditutup lagi.
Mungkin nanti.
*insha Allah*
Posted by yusi manfluthy at 1:08 PM 0 comments
Labels: just another thought
walk, walk, walk yor feet!
Saturday, January 31, 2009
Horrraaay!
lea bisa jalan..senangnyaaaa..
sekitar 10 langkah (or more!) tanpa jatoh dan pegangan =)
meski baru test drive di dalem rumah aja, belon berani diajak keluar dan jalan sendiri
happy walking hon!
Posted by yusi manfluthy at 1:02 PM 0 comments
Labels: lea's milestones