About a mother, who live in developing country, strugling and fighting to raise her autism daugther although she face a lot of problem and challenge.
story idea for UCLA
Wednesday, September 23, 2009
Posted by yusi manfluthy at 10:43 AM 0 comments
Labels: fiksi, screenwriting
mengeluh dan mengeluh..hiduplah Indonesia Raya!
Wednesday, September 16, 2009
ternyata inspirasi menulis bisa datang dari mana saja.
saya sedang tidak tinggal di Indonesia tercinta, bukan tidak ingin. saya sangat ingin pulang, hanya saat ini sedang tidak punya pilihan untuk pulang. bagaimana tidak, saya lahir disana. dibesarkan disana. rumah saya disana. orang tua saya disana. keluarga saya disana. teman-teman saya disana. saya tidak punya alasan untuk tidak ingin pulang.
lalu saya bertanya, apakah saya tetap ingin pulang meskipun di sana macetnya bukan kepalang? apakah saya tetap ingin pulang meskipun politisinya dibilang bobrok dan penuh koruptor? apakah saya tetap ingin pulang meski negaranya penuh ketidakteraturan dan semua peraturan hampir selalu dilanggar? apakah saya tetap ingin pulang meski pendidikan bagus mahal harganya? apakah saya tetap ingin pulang meski katanya tinggal di luar negeri lebih enak adanya? jawabannya cuma satu, YA! dijawab dengan lantang dan menggunakan huruf kapital.
tidak peduli lensa kontak yang berwarna biru, rambut yang berubah menjadi emas dan ungu, kulit yang lebih putih dengan status bertahun-tahun meninggalkan negerimu. dan betapa lancarnya berbahasa selain bahasa ibu. apapun perubahan pada fisikmu, tidak bisa dipungkiri Indonesia asalku, tidak perlu mengaku-ngaku.
tidak perlu banyak mengeluh ini itu, tidak perlu berkata tidak betah tinggal di negerimu, tidak perlu menyatakan ingin cepat kembali ke tempat merantaumu. Itulah Indonesia. Kalau ingin berubah tidak perlu banyak bicara. sudah melakukan sesuatu untuk negerimu? itu saja.
Posted by yusi manfluthy at 7:04 AM 0 comments
Labels: just another thought
antara lebaran, mudik dan pekerja yang disebut pembantu
Tuesday, September 15, 2009
biar saja saya dibilang sinis lah.. dibilang sirik lah.. dibilang apapun..saya sama sekali tidak bermaksud menyinggung siapapun. menjelang musim lebaran seperti ini menjadi musimnya mudik. semua orang semua golongan. dari pekerja kantoran sampai pekerja rumahan. pekerja rumahan yang sering membuat ibu-ibu kalang kabut. pekerja rumahan yang saya maksud pekerja rumah tangga. ada yang dengan cueknya menyebut pembantu dan yang lebih parah lagi ada yang menyebut babu. betapa miris saya mendengar sebutan itu. saya harap yang menyebut seperti itu sudah berpikir keras bahwa mereka yang disebut babu itu adalah manusia yang derajatnya sama.
tulisan ini dibuat setelah terinspirasi dengan betapa kelimpungannya status ibu-ibu di sebuah situs pertemanan dikarenakan pekerja rumah tangganya akan mudik. ada yang sedih karena yang bekerja tidak akan balik lagi setelah lebaran, ada yang mengimingi-imingi bonus tambahan kalau saja tidak ikutan mudik, ada yang berjanji akan menaikan bayaran kalau dia kembali lagi, ada yang berkeluh kesah karena pekerjanya mudik.
saya tahu bagaimana mempunyai pekerja. saya pernah ada disana. saya mengerti juga bagaimana ibu-ibu bekerja seperti kelimpungan saat pekerjanya minta berhenti pulang. untungnya saya selalu 'beruntung' dengan urusan pekerja tadi. mereka selalu kembali sesuai dengan waktu yang dijanjikan tanpa perlu dijanjikan apapun. entah karena bayaran yang cukup manusiawi atau karena saya yang juga masak, ke pasar dan mencuci meskipun bepekerja. tapi kalau untuk ibu yang bekerja di rumah saja haruskah ikut kelimpungan pula? entahlah, tanpa ada maksud menyinggung siapapun. sekali lagi percayalah itu hanya terlintas di kepala saya saja.
duh, apa jadinya saya yang sepanjang tahun tidak berpekerja. tidak ada yang membantu. mengandalkan kemampuan diri dengan bantuan suami dan anak-anak. haruskah saya ikut mengeluh juga? haruskan saya berpredikat sebagai babu juga? sebut saya sinis kepada mereka yang berpembantu, saya tidak bermaksud seperti itu.
Posted by yusi manfluthy at 7:04 PM 0 comments
Labels: just another thought